Pages

Monday, March 4, 2013

EXO

Demam K-Pop akhir-akhir ini meracuni saya. Lantas, saya ingin membahas sebuah grup boyband K-Pop yang sedang saya gandrungi saat ini. Namanya adalah EXO.



EXO (Hangul: 엑소) adalah boy band Korea Selatan-Cina yang dibentuk oleh S.M. Entertainment pada tahun 2011. Grup ini terdiri dari dua belas anggota yang terbagi menjadi dua sub-grup, EXO-K dan EXO-M, yang akan melakukan promosi secara bersamaan masing-masing di Korea Selatan dan Cina. 
EXO-K untuk EXO Korea dan EXO-M untuk EXO Mandarin.
Nama mereka diambil dari kata exoplanet, sebuah istilah untuk menyebut planet di luar Tata Surya. Singel debut mereka, "Mama", dirilis pada 8 April 2012, disusul oleh peluncuran album pertama Mama pada 9 April 2012.



2011: Pembentukan
Pada bulan Januari 2011, produser S.M. Entertainment, Lee Soo-man, mengumumkan rencananya untuk membentuk sebuah boy band baru pada bulan Maret atau April 2011. Dinamai M1 untuk sementara, grup ini tampak terdiri dari tujuh anggota saat foto mereka berlatih tari di sebuah studio bocor di dunia maya. Pada bulan Mei 2011, Lee berbicara tentang grup ini dalam sebuah seminar bisnis Hallyu yang diselenggarakan di Universitas Stanford. Dalam presentasinya, dia menjelaskan strateginya untuk membagi grup ini menjadi dua subgrup, M1 dan M2, dan membuat mereka mempromosikan musik yang sama di Korea dan China, menyanyikan lagu baik dalam bahasa Korea maupun Mandarin.[6] Lee awalnya berencana untuk meluncurkan grup ini pada bulan Mei 2011, namun debut mereka ditunda dan berita mengenai grup ini tidak beredar lagi sampai Oktober 2011 saat Lee mendiskusikan konsep grup ini secara singkat dalam sebuah wawancara dengan The Chosun Ilbo.
Pada Desember 2011, grup ini memfinalkan nama mereka menjadi EXO, dengan EXO-K untuk nama subgrup di Korea dan EXO-M untuk subgrup di Cina. Dua belas anggota diperkenalkan secara perorangan melalui 23 video teaser yang dirilis dari bulan Desember 2011 sampai Februari 2012. Kai, Lu Han, Tao, dan Chen, empat anggota pertama yang diperkenalkan, tampil di depan publik untuk pertama kalinya dalam acara SBS Gayo Daejun pada 29 Desember 2011.



2012–sekarang: Debut dan Lagu Singel "Mama"
Singel pendahuluan EXO-K dan EXO-M, "What Is Love", dirilis pada 30 Januari 2012 melalui iTunes dan berbagai situs musik online di Cina dan Korea Selatan.
Pada 9 Maret, mereka merilis singel pendahuluan kedua, "History", yang ditulis dan diproduksi oleh Thomas Troelsen dan Remee.
Sebuah konser showcase digelar di Olympic Stadium, Seoul pada 31 Maret, tepat seratus hari setelah EXO merilis trailer pertamanya pada 21 Desember 2011. Sekitar tiga ribu fans dari delapan ribu pendaftar terpilih untuk menghadiri showcase ini. Showcase kedua digelar di aula University of International Business and Economics di Beijing, Cina pada 1 April.
EXO-K dan EXO-M merilis singel debut mereka, "Mama", pada 8 April, disusul oleh album mini Mama pada 9 April. EXO-K menggelar penampilan debut mereka di program televisi The Music Trend pada 8 April, sementara EXO-M tampil dalam 12th Yinyue Fengyun Bang Awards di Cina pada hari yang sama. Mereka debut di Thailand pada 26 Juli oleh EXO-M dan 27 Juli oleh EXO-K yang juga merupakan debut internasional pertama mereka.

Album "Mama" Track List:
1. Mama
2. What Is Love
3. History
4. Angel (Into Your World)
5. Two Moons (feat. Key SHINee)
6. Machine

Anggota:

EXO-K
Chanyeol, D.O., Kai, Sehun, Suho, Baekhyun


Nama panggung         Nama lahir                  Tanggal lahir
Romanisasi Hangul Romanisasi Hangul Hanja

Suho (Leader)          수호 Kim Joon-myun         김준면 金俊绵 22 Mei 1991 (umur 21)
Baekhyun          백현 Byun Baek-hyun 변백현 卞白贤 6 Mei 1992 (umur 20)
Chanyeol          찬열 Park Chan-yeol         박찬열 朴灿烈 27 November 1992 (umur 20)
D.O.                  디오 Do Kyung-soo         도경수 度庆洙 12 Januari 1993 (umur 20)
Kai                  카이 Kim Jong-in         김종인 金钟仁 14 Januari 1994 (umur 19)
Sehun          세훈 Oh Se-hun 오세훈 吴世勋 12 April 1994 (umur 18)

EXO-M

Tao, Lay, Luhan, Xiumin, Chen, Kris


Nama panggung         Nama lahir                  Tanggal lahir
Romanisasi Hangul Romanisasi Hangul Hanja

Kris (Leader)         크리스 Wu Fan           우판 吴凡          6 November 1990 (umur 22)
Xiumin         시우민 Kim Min-seok        김민석 金珉硕 26 Maret 1990 (umur 22)
Lu Han          루한 Lu Han            루한 鹿晗         20 April 1990 (umur 22)
Lay                  레이 Zhang Yixing         장이싱 张艺兴 7 Oktober 1991 (umur 21)
Chen              첸 Kim Jong-dae         김종대 金钟大 21 September 1992 (umur 20)
Tao                  타오 Huang Zitao      황지타오 黄子韬 2 Mei 1993 (umur 19)


EXO Powers

Para personil EXO juga diceritakan dalam konsep album "Mama" mereka sebagai 12 alien dari EXO Planet yang masing-masing memiliki kekuatan super. Masing-masing kekuatan memiliki simbol yang dikenakan oleh setiap personil EXO.



Suho: kekuatan Air (Water)
Baekhyun: kekuatan Cahaya (Light)
Chanyeol: kekuatan Api [phoenix] (Flame)
D.O.: kekuatan Tanah (Earth)
Kai: kekuatan Teleport (Teleportation)
Sehun: kekuatan Angin (Wind)

Kris: kekuatan Terbang [naga] (Flight)
Xiumin: kekuatan Es (Frost)
Luhan: kekuatan Telekinesis (Telekinesis)
Lay: kekuatan Penyembuh [unicorn] (Heal)
Chen: kekuatan Petir/Kilat/Listrik (Lightning)
Tao: kekuatan Pengontrol Waktu (Time Control)



Berikut ini adalah link video-video klip EXO:

EXO-K "MAMA" : http://www.youtube.com/watch?v=KH6ZwnqZ7Wo
EXO-M "MAMA" : http://www.youtube.com/watch?v=eQ9sTtXSDwo
EXO-K "History" : http://www.youtube.com/watch?v=vdejiaoEhFc
EXO-M "History" : http://www.youtube.com/watch?v=i1xFTx8alMU
EXO-K "What is Love" : http://www.youtube.com/watch?v=t6fPzVNIEB0
EXO-M "What is Love" : http://www.youtube.com/watch?v=7PMRe4k3OSw


Sesulang Sopi, Sepekik Kalwedo: Kekariban Liran yang Bersahaja


“Kalwedo!”
Teriak membahana memenuhi ruangan. Sesaat itu pula semua bersulang mengangkat gelas dan meneguk Sopi. Kemudian sorak-sorai dan tepuk tangan menyambut keriaan semangat persaudaraan dan persatuan. Tokoh-tokoh masyarakat dan adat pun saling berjabat tangan mulai dari Kepala Desa Ustutun, Camat Wetar, Tuan Tanah, Tetua Adat, dan Badan Pengurus Desa. Jabat tangan dilanjutkan dengan dosen-dosen pembimbing dan kami, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata universitas Indonesia 2011. Itulah sepintas gambaran kehangatan masyarakat pulau Liran yang melekat di ingatan, saat kami disambut dengan kesahajaan mereka.
Bersulang Sopi
Sopi: Minuman Beralkohol di Pulau Liran
Masyarakat pulau Liran di kabupaten Maluku Barat Daya memiliki kebiasaan meminum Sopi ketika acara-acara adat ataupun saat kerja bakti. Sopi merupakan minuman beralkohol hasil fermentasi dari air sadapan pohon Koli yang telah disuling. Pohon Koli yang menjadi sumber bahan pembuat Sopi, merupakan sejenis pohon Lontar yang tumbuh banyak di pulau Liran dan di pulau-pulau lainnya di Maluku Barat Daya. Sehingga Sopi menjadi minuman tradisional khas Maluku Barat Daya dan sekitarnya.
Minuman Sopi mengandung kadar alkohol yang cukup tinggi, yaitu di atas 50%. Oleh karena itu, minuman Sopi dapat memabukkan peminumnya. Akan tetapi, masyarakat pulau Liran tidak mengetahui cara membuat Sopi yang harus disuling dan difermentasi terlebih dahulu. Sehingga mereka selalu membeli Sopi dari luar pulau Liran, misalnya dari pulau-pulau tetangganya seperti pulau Wetar atau pulau Kisar.
Sebagian masyarakat pulau Liran, terutama kaum pria, percaya bahwa meminum Sopi dapat meningkatkan semangat kerja mereka. Kandungan alkohol dalam minuman Sopi digunakan sebagai doping untuk meningkatkan semangat kerja bagi masyarakat pulau Liran yang akan memulai aktivitasnya. Alkohol memang termasuk minuman penghasil energi instan, namun jika dikonsumsi terlalu banyak justru akan membahayakan kesehatan. Selain itu, Sopi juga diminum di waktu senggang sebagai hiburan. Biasanya diiringi oleh senandung nyanyian sembari bercengkerama di antara mereka.
Pohon Koli

Sopi dan Semangat Kalwedo
Kalwedo merupakan semboyan khas kabupaten Maluku Barat Daya.Kalwedo memiliki makna kebersamaan yang mengutamakan rasa persaudaraan dan kekeluargaan.[1] “Kalwedo itu maksudnya kitorang samua basudara maka kitorang harus bersatu (Kalwedo itu maksudnya kita semua bersaudara maka kita harus bersatu),” ujar bapak Jhon Maika.
Gerbang Desa Ustutun, pulau Liran, Maluku Barat Daya

Semboyan Kalwedo bagi masyarakat Maluku Barat Daya merupakan representasi Gandong bagi masyarakat Maluku. Gandong secara harafiah memiliki arti ”satu kandungan” atau “bersaudara”.[2] Ini dimaknai sebagai ikatan persaudaraan masyarakat Maluku secara luas.
Kalwedo pada awalnya hanya merupakan jargon yang diteriakkan untuk mengekspresikan semangat persaudaraan dan persatuan masyarakat di kabupaten Maluku Barat Daya. Kini jargon Kalwedo seringkali dikaitkan dengan kebiasaan bersulang dan diteriakkan saat akan bersulang meminum Sopi ketika acara adat.
Mengutip Thomas M. Wilson (2005 : 3),
“…drinking alcohol is an extremely important feature in the production and reproduction of ethnic, national, class, gender and local community identities, not only today but also historically, with little prospect for this importance and the situation to change. In many societies, perhaps the majority, drinking alcohol is a key practice in the expression of identity, an element in the construction and dissemination of national and other cultures”.[3]
Budaya meminum alkohol memang terkadang dianggap penting oleh suatu masyarakat sebagai kunci untuk mengekspresikan identitas budaya mereka. Oleh karena itu, masyarakat pulau Liran bersulang meminum Sopi dalam setiap acara adat untuk mengekspresikan tradisiKalwedo mereka. Namun meminum Sopi terlalu banyak sampai mabuk seringkali dapat berujung pada perkelahian. Maka, Sopi memang sebaiknya hanya diminum sedikit untuk bersulang saat acara-acara adat saja.
Banyak orang menyalahartikan bahwa budaya Kalwedo identik dengan kebiasaan berkumpul untuk meminum Sopi dan bermabuk-mabukkan. Padahal sesungguhnya semboyan Kalwedo merupakan kata yang sakral bagi masyarakat pulau Liran. Budaya Kalwedo sesungguhnya menjunjung semangat persatuan dan kesatuan serta solidaritas yang tinggi.
Minuman Sopi dan semboyan Kalwedo bagi masyarakat pulau Liran digunakan sebagai ekpresi dari ikatan persaudaraan dan semangat kebersamaan mereka. Hal tersebut merupakan suatu bentuk komunikasi fatik dalam mencegah konflik dan mempersatukan masyarakat pulau Liran. Menurut Bronislaw Malinowski, komunikasi fatik merupakan suatu cara untuk mempertahankan hubungan dalam suatu masyarakat.[4]
Sekali lagi, Sopi bukan sekadar minuman memabukkan bagi masyarakat pulau Liran. Akan tetapi komponen yang melekat dalam menjaga tali kerukunan Gandong atau persaudaraan melalui pekikan, “Kalwedo!”. Dengan kesahajaannya, budaya Kalwedo menunjukkan kekariban yang hangat dari masyarakat pulau Liran di Maluku Barat Daya.


REFERENSI
BUKU:
Malinowski, Bronislaw.
1923                            “The problem of meaning in primitive languages”, dalam Ogden, C. dan Richards, I., The Meaning of Meaning, Routledge, London
Wilson, Thomas M.
2005                            “Drinking Cultures: Sites and Practices in the Production and Expression of Identity”, dalam Drinking Cultures: Alcohol and Identity. Oxford: Berg Publisher.

INTERNET:

[3] Wilson, Thomas M. 2005. “Drinking Cultures: Sites and Practices in the Production and Expression of Identity”, dalam Drinking Cultures: Alcohol and Identity. Oxford: Berg Publisher, halaman 3.
[4] Malinowski, Bronislaw. 1923. “The problem of meaning in primitive languages”, dalam Ogden, C. dan Richards, I., The Meaning of Meaning, Routledge, London

Saturday, May 21, 2011

Old Town Moment

Taman Fatahillah, Kota Tua, Jakarta



"Carpe Diem" ~~~ "Seize The Day!"
Night in the Old Town 






"Every endless night has a dawning day. Every darkest sky has a shining ray."








"Always, always you recede through the evenings toward the twilight erasing statues." - Pablo Neruda








"The moon turns its clockwork dream. The biggest stars look at me with your eyes." - Pablo Neruda








"You used to captivate me, by your resonating light..." - Amy Lee (in "My Immortal")








"Now everything goes up and down, And the world keeps spinning round and round, and still you're waiting there..."








"I'll try to make it another night, and dream of you when I close my eyes, 'Cause I'll be back someday..."

Peasant Village di Desa Margacinta, Kecamatan Leuwigoong, Kabupaten Garut


Tulisan ini ditulis berdasarkan pengalaman penulis berkunjung ke Kampung Pangkalan di Desa Margacinta, Kecamatan Leuwigoong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, pada tanggal 14 sampai 19 Januari tahun 2010.

“Kita menjadi semakin dekat dengan alam…” – Clifford Geertz


Desa Margacinta merupakan sebuah desa petani di kecamatan Leuwigoong di kabupaten Garut, Jawa Barat. Desa Margacinta sebagai peasant village merupakan sebuah peasant community atau “komuniti petani” yang memiliki kebudayaan folk (folk culture) yang “terhajar” pop culture akibat masuknya modernisasi dan globalisasi di desa-desa. Definisi peasant community menurut Robert Redfield adalah masyarakat kecil yang tidak terisolasi, dan tidak memenuhi semua kebutuhan hidup penduduknya, tetapi yang di satu pihak mempunyai hubungan horizontal dengan komuniti-komuniti petani lain di sekitarnya, tetapi di pihak lain juga secara vertikal dengan komuniti-komuniti di daerah perkotaan (Redfield, 1960: 17). Peasant community merupakan salah satu tipe little community (komuniti kecil). Menurut anggapan Robert Redfield, komuniti kecil adalah bagian yang terintegrai dari lingkungn alam di mana komuniti kecil itu berada, sehingga komuniti kecil merupakan suatu sistem ekologi (Redfield, 1955: 17-32) dengan masyarakat dan kebudayaan penduduk serta lingkungan alam setempat sebagai dua unsur pokok dalam suatu lingkaran pengaruh timbal-balik yang mantap. Karena kondisi alam di Garut merupakan daerah di kaki perbukitan, maka banyak lahan pertanian di kaki bukit dan lahan perkebunan di atas bukit. Oleh karena itulah penduduk desa di Garut kebanyakan bekerja sebagai petani sawah dan kebun.




Orang Garut yang beretnis Sunda kebanyakan berbicara dalam bahasa Sunda yang halus yang disebut dengan bahasa Sunda “lemes”. Ada tiga tingkatan bahaa yang dikenal secara umum dalam bahasa Sunda yaitu: lemes, sedeng, dan kasar (Glicken 1987 : 247; Wessing 1974). Maka misalnya saat seseorng akan bertanya “Anda ingin makan?” kepada majikannya, ia akan menggunakan bahasa “lemes” seperti “Juragan bade tuang?”, bukannya menggunakan bahasa “kasar” seperti “Maneh arek madang?”. Sebaliknya, sang majikan akan menggunakan bahasa “kasar” kepada bawahannya. Lalu di antara orang sederajat dan seumur maka akan saling menggunakan bahasa “sedeng” atau undak-usuk basa tersebut tidak diperhatikan. Namun seseorang harus menggunakan bahasa “lemes” ketika berbicara dengan orang yang lebih tua atau orang yang lebih dihormati. Karena kebanyakan orang Garut menggunakan bahasa Sunda “lemes” dalam percakapan sehari-hari, maka orang Garut dianggap sebagai orang Sunda halus.

Ada interaksi yang berkesinambungan antara desa petani dengan kota kecil dan kota besar melalui perkembangan teknologi dan komunikasi, serta melalui jalur tenaga kerja dan jalur perdagangan hasil-hasil pertanian, perkebunan, dan peternakan. Akibat masuknya teknologi modern ke kota kecil seperti Garut, maka teknologi tersebut juga memasuki wilayah pedesaan. Dengan masuknya pemancar gelombang telepon seluler ke desa-desa, maka rata-rata penduduk desa Margacinta memiliki telepon seluler (handphone) sebagai alat komunikasi antar warga, walaupun tidak setiap rumah memiliki telepon rumah. Oleh sebab itu, kebanyakan warga desa memiliki telepon seluler dengan jaringan CDMA sebagai pengganti telepon rumah, karena tarif telepon dengan jaringan CDMA jauh lebih murah daripada dengan menggunakan jaringan GSM. Baik orang dewasa maupun remaja di desa memiliki telepon seluler sebagai alat komunikasi. Namun tidak semua jenis provider GSM dan CDMA memiliki sinya kuat di desa tersebut, masing-masing hanya ada satu jenis merk provider GSM dan CDMA yang memiliki sinyal kuat di wilayah kampung Pangkalan di desa Margacinta, sisanya hanya bisa mendapat sinyal kuat jika berada di atas bukit atau di jalan desa yang berada di dataran tinggi. Namun untuk jaringan internet belum banyak digunakan di desa-desa karena tidak semua warga desa bisa menggunakan fasilitas internet, sehingga jaringan internet baru mulai banyak digunakan di kota-kota kecil. Kemudian ada aliran tenaga kerja dari para pria desa yang berumur sekitar 20 tahun sampai 30 tahun yang pergi bekerja ke kota sebagai buruh, kuli, pegawai konstruksi, dan pedagang. Para pria desa yang masih berumur sekitar 20 tahun sampai 30 tahun biasanya merantau bekerja ke kota agar bisa mendapatkan nafkah yang lebih baik daripada di desa. Karena kebanyakan pria dewasa tersebut tidak memiliki lahan pertanian atau perkebunan untuk digarap, maka mereka memilih untuk bekerja di kota sementara istri dan keluarganya tetap tinggal di desa. Biasanya para pria dewasa tersebut tinggal di kota dan baru pulang ke desa selama ebulan sekali untuk memberikan nafkah hasil pekerjaannya di kota kepada keluarganya atau kepada anak dan istrinya di desa. Kemudian ada jalur perdagangan hasil-hasil pertanian, perkebunan, dan peternakan dari desa yang dijual ke kota. Komoditi perdagangan yang dijual dari desa Margacinta ke kota kecil seperti Garut dan kota besar seperti Bandung dan Jakarta contohnya adalah hasil pertanian seperti beras, hasil perkebunan seperti tomat, cabai, jagung, tembakau, dan buah-buahan, dan hasil peternakan seperti kulit domba yang dijadikan bahan tekstil khas kota Garut. Selain dijual ke kota, hasil pertanian, perkebunan, dan peternakan tersebut juga dijual di pasar-pasar di desa untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat desa itu sendiri.

Ada pembagian kerja yang berbeda di antara penduduk desa yang dibagi berdasakan umur dan jenis kelamin. Berikut ini adalah tabel pembagian kerja berdasarkan umur dan jenis kelamin di kampung Pangkalan di desa Margacinta di Garut:


Penduduk desa Margacinta masih merupakan kerabat satu sama lain. Hal tersebut yang membuat solidaritas dan rasa keterikatan menjadi sangat kuat di antara penduduk desa. Hal ini terjadi karena banyaknya pernikahan dengan kerabat terdekat, tidak jarang sepasang suami istri di desa Margacinta masih merupakan sepupu. Larangan incest hanya berlaku di antara saudara kandung sedarah, saudara sepersusuan ibu, dan antara anak dengan orangtua kandung atau cucu dengan kakek dan neneknya. Tak jarang remaja perempuan di desa Margacinta yang masih berusia 15 tahun sudah menikah, lalu karena kebanyakan pasangan suami istri di desa Margacinta menikah di usia muda maka pasangan yang baru menikah tersebut tinggal tidak jauh dari rumah orang tuanya. Perkembangan dari keluarga batih sampai ke keluarga luas menyebar ke seluruh wilayah desa sehingga penduduk desa tersebut masih merupakan keluarga. Maka setiap warga desa Margacinta masih saling mengenal satu sama lain sebagai individu yang berkepribadian. Jaringan kekerabatan merupakan alat untuk memperkokoh solidaritas sosial antarkesatuan sosial. Selain jaringan kekerabatan, kegiatan keagamaan juga merupakan alat untuk memperkokoh tali silaturahmi dan solidaritas masyarakat desa Margacinta. Misalnya dengan kegiatan sholat berjamaah dan pengajian bersama di masjid-masjid desa.

Desa Margacinta sebagai sebuah little community memiliki kebudayaan yang oleh Robert Redfield disebut dengan little tradition. Tradisi-tradisi penduduk desa Margacinta tersebut antara lain;


Tradisi Keagamaan :
- Pengajian orangtua setiap hari Senin biasanya diadakan di siang hari seusai sholat Zuhur di masjid dan pengajian remaja setiap sebulan sekali biasanya diadakan di sore hari setelah sholat Ashar di masjid
- Slametan yang diadakan biasanya seminggu sebelum acara pernikahan
- Aqiqah bagi anak yang baru lahir. Biasanya saat aqiqah rambut anak yang baru lahir tersebut dicukur dan ditimbang beratnya, berat timbangan rambut tersebut kemudian dijadikan patokan berat emas (misalnya 5 gram). Kemudian dihitung berapa harga berat emas yang sesuai dengan berat potongan rambut anak tersebut. Harga yang dihitung dari harga berat emas tersebut merupakan jumlah uang yang harus disedekahkan kepada anak-anak yatim piatu.
- Khitanan / sunatan bagi anak laki-laki yang telah baligh (telah mencapai akil balig)
- Ziarah kubur, bersih desa, dan pengajian bersama sekitar seminggu sebelum bulan Ramadhan (puasa)
- Halal Bihalal warga sekampung saat lebaran Idul Fitri dan Idul Adha. Biasanya para warga desa yang merantau ke kota akan kembali pulang ke kampung saat Halal Bihalal ini.


Tradisi Kesenian :
- Panggung kesenian setiap tanggal 17 Agustus di lapangan bulutangkis di kampung Pangkalan. Biasanya di acara panggung kesenian tersebut ada tari-tarian, orkes, dangdut, dan sandiwara)
- Para remaja kampung berkumpul bernyanyi dan bermain gitar setiap malam, terutama Sabtu malam


Tradisi Olahraga :
- Lomba-lomba setiap tanggal 17 Agustus
- Lomba adu domba. Biasanya warga desa yang memiliki domba akan mengadu dombanya di arena adu domba di kecamatan Leuwigoong
- Lomba adu kicauan burung. Para warga desa yang memiliki burung peliharaan yang mahir berkicau akan mengikuti lomba adu kicauan burung
- Bermain voli dan bulutangkis di lapangan voli dan bulutangkis di kampung setiap hari sebagai hiburan anak-anak dan remaja sehari-hari.



Desa Margacinta merupakan salah satu dari sekian banyak contoh peasant village di Indonesia yang masih memiliki tradisi local yang kuat namun juga dapat menerima pengaruh modernisasi dan globalisasi dengan mudah. Sehingga seiring dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, masyarakat desa kini menjadi suatu masyarakat hybrid yang memadukan local knowledge dengan pengaruh globalisasi yang masuk.




REFERENSI:

Koentjaraningrat
1990 Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta: UI Press

Melalatoa, Dr. M. Junus
1997 Sistem Budaya Indonesia. Jakarta: PT. Pamator

Redfield, Robert
1960 The Little Community and Peasant Society and Culture. Chicago: University of Chicago Press

Saifuddin, Ahmad Fedyani
2005 Antropologi Kontemporer: Suatu Pengantar Kritis Mengenai Paradigma. Jakarta: Kencana

Wednesday, August 18, 2010

VOCALOID; Ketika Suara Nyanyian Manusia Dapat Diciptakan Secara Digital

Vocaloid adalah perangkat lunak produksi Yamaha Corporation yang menghasilkan suara nyanyian manusia. Komposisi musik dan lirik dimasukkan di layar penyunting sesuai nyanyian dan iringan musik yang diinginkan. Suara nyanyian diambil dari "pustaka suara" yang berisi sampling rekaman suara dari penyanyi sebenarnya. Lirik lagu dinyanyikan dalam bahasa Inggris atau bahasa JepangVocaloid berasal dari kata "vocal" dan "android".

Perangkat lunak ini pertama kali dirilis Yamaha pada 26 Februari 2003. Teknik yang dipakai adalah Penyambung dan Pembentuk Artikulasi Nyanyian dengan Domain Frekuensi (Frequency-Domain Singing Articulation Splicing and Shaping). Sampling rekaman suara penyanyi profesional diolah dengan metode domain frekuensi. Hasilnya dimasukkan ke dalam basis data "artikulasi nyanyian" yang berisi potongan suara dan teknik bernyanyi.

Kemudian perusahaan Crypton Future Media dari Jepang menciptakan karakter-karakter virtual yang mampu bernyanyi yang suaranya dihasilkan dari software Vocaloid tersebut. Karakter-karakter Vocaloid tersebut antara lain Miku Hatsune (karakter suara wanita) yang sampel suaranya diambil dari suara seorang bernama Saki Fujita, Kaito (karakter suara pria) yang sampel suaranya diambil dari Naoto Fuuga, Rin/Len Kagamine (karakter suara wanita) yang sampel suaranya diambil dari Asami Shimoda, Luka Megurine (karakter suara wanita) yang sampel suaranya diambil dari Yu Asakawa, dan lain sebagainya.

Miku Hatsune, karakter dalam Vocaloid


Vocaloid Characters 


Keberadaan Vocaloid sebagai perangkat pencipta suara android membuat manusia sekali lagi harus menghadapi kecanggihan teknologi yang seolah-olah "menghidupkan" benda mati. Seperti apa yang disebut oleh Bruno Latour sebagai aktor non-human (aktan/actant) dimana Vocaloid sebagai aktan mampu berinteraksi dengan manusia (aktor/actor) seolah-olah aktan tersebut "hidup" dan mempengaruhi jaringan hubungan antara aktor dan aktan. Vocaloid juga merupakan contoh penggunaan semiotika yang melampaui batas, yang disebut sebagai Hipersemiotika oleh Yasraf Amir Piliang, dimana Vocaloid menghasilkan suara digital yang mirip suara manusia namun suara tersebut bukan rekaman suara asli manusia melainkan suara komputer. Vocaloid merupakan salah satu contoh dari prinsip simulasi dalam prinsip-prinsip Hipersemiotika, dimana simulasi bukan sebuah bentuk representasi, karena suara yang dihasilkan oleh Vocaloid di dalamnya seakan-akan merefleksikan realitas sesungguhnya, padahal ia adalah realitas artifisial/buatan (artificial reality), yaitu realitas yang diciptakan melalui teknologi simulasi. Sehingga pada tingkat tertentu realitas tersebut tampak (dipercaya) sebagai sama nyatanya dengan realitas sesungguhnya. Maka yang ada dalam Vocaloid sebagai suara nyanyian artifisial adalah peleburan antara realitas artifisial dengan realitas sesungguhnya lewat kecanggihan teknologi simulasi. Dengan adanya Vocaloid, patutkah suara manusia dipersaingkan dengan suara android digital semacam suara Miku Hatsune yang memiliki pitch suara tinggi yang tak mampu diraih oleh pitch suara manusia?

  



Sumber:




Piliang, Yasraf Amir. Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna. Yogyakarta: Jalasutra. 2003.