Pages

Monday, March 4, 2013

Sesulang Sopi, Sepekik Kalwedo: Kekariban Liran yang Bersahaja


“Kalwedo!”
Teriak membahana memenuhi ruangan. Sesaat itu pula semua bersulang mengangkat gelas dan meneguk Sopi. Kemudian sorak-sorai dan tepuk tangan menyambut keriaan semangat persaudaraan dan persatuan. Tokoh-tokoh masyarakat dan adat pun saling berjabat tangan mulai dari Kepala Desa Ustutun, Camat Wetar, Tuan Tanah, Tetua Adat, dan Badan Pengurus Desa. Jabat tangan dilanjutkan dengan dosen-dosen pembimbing dan kami, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata universitas Indonesia 2011. Itulah sepintas gambaran kehangatan masyarakat pulau Liran yang melekat di ingatan, saat kami disambut dengan kesahajaan mereka.
Bersulang Sopi
Sopi: Minuman Beralkohol di Pulau Liran
Masyarakat pulau Liran di kabupaten Maluku Barat Daya memiliki kebiasaan meminum Sopi ketika acara-acara adat ataupun saat kerja bakti. Sopi merupakan minuman beralkohol hasil fermentasi dari air sadapan pohon Koli yang telah disuling. Pohon Koli yang menjadi sumber bahan pembuat Sopi, merupakan sejenis pohon Lontar yang tumbuh banyak di pulau Liran dan di pulau-pulau lainnya di Maluku Barat Daya. Sehingga Sopi menjadi minuman tradisional khas Maluku Barat Daya dan sekitarnya.
Minuman Sopi mengandung kadar alkohol yang cukup tinggi, yaitu di atas 50%. Oleh karena itu, minuman Sopi dapat memabukkan peminumnya. Akan tetapi, masyarakat pulau Liran tidak mengetahui cara membuat Sopi yang harus disuling dan difermentasi terlebih dahulu. Sehingga mereka selalu membeli Sopi dari luar pulau Liran, misalnya dari pulau-pulau tetangganya seperti pulau Wetar atau pulau Kisar.
Sebagian masyarakat pulau Liran, terutama kaum pria, percaya bahwa meminum Sopi dapat meningkatkan semangat kerja mereka. Kandungan alkohol dalam minuman Sopi digunakan sebagai doping untuk meningkatkan semangat kerja bagi masyarakat pulau Liran yang akan memulai aktivitasnya. Alkohol memang termasuk minuman penghasil energi instan, namun jika dikonsumsi terlalu banyak justru akan membahayakan kesehatan. Selain itu, Sopi juga diminum di waktu senggang sebagai hiburan. Biasanya diiringi oleh senandung nyanyian sembari bercengkerama di antara mereka.
Pohon Koli

Sopi dan Semangat Kalwedo
Kalwedo merupakan semboyan khas kabupaten Maluku Barat Daya.Kalwedo memiliki makna kebersamaan yang mengutamakan rasa persaudaraan dan kekeluargaan.[1] “Kalwedo itu maksudnya kitorang samua basudara maka kitorang harus bersatu (Kalwedo itu maksudnya kita semua bersaudara maka kita harus bersatu),” ujar bapak Jhon Maika.
Gerbang Desa Ustutun, pulau Liran, Maluku Barat Daya

Semboyan Kalwedo bagi masyarakat Maluku Barat Daya merupakan representasi Gandong bagi masyarakat Maluku. Gandong secara harafiah memiliki arti ”satu kandungan” atau “bersaudara”.[2] Ini dimaknai sebagai ikatan persaudaraan masyarakat Maluku secara luas.
Kalwedo pada awalnya hanya merupakan jargon yang diteriakkan untuk mengekspresikan semangat persaudaraan dan persatuan masyarakat di kabupaten Maluku Barat Daya. Kini jargon Kalwedo seringkali dikaitkan dengan kebiasaan bersulang dan diteriakkan saat akan bersulang meminum Sopi ketika acara adat.
Mengutip Thomas M. Wilson (2005 : 3),
“…drinking alcohol is an extremely important feature in the production and reproduction of ethnic, national, class, gender and local community identities, not only today but also historically, with little prospect for this importance and the situation to change. In many societies, perhaps the majority, drinking alcohol is a key practice in the expression of identity, an element in the construction and dissemination of national and other cultures”.[3]
Budaya meminum alkohol memang terkadang dianggap penting oleh suatu masyarakat sebagai kunci untuk mengekspresikan identitas budaya mereka. Oleh karena itu, masyarakat pulau Liran bersulang meminum Sopi dalam setiap acara adat untuk mengekspresikan tradisiKalwedo mereka. Namun meminum Sopi terlalu banyak sampai mabuk seringkali dapat berujung pada perkelahian. Maka, Sopi memang sebaiknya hanya diminum sedikit untuk bersulang saat acara-acara adat saja.
Banyak orang menyalahartikan bahwa budaya Kalwedo identik dengan kebiasaan berkumpul untuk meminum Sopi dan bermabuk-mabukkan. Padahal sesungguhnya semboyan Kalwedo merupakan kata yang sakral bagi masyarakat pulau Liran. Budaya Kalwedo sesungguhnya menjunjung semangat persatuan dan kesatuan serta solidaritas yang tinggi.
Minuman Sopi dan semboyan Kalwedo bagi masyarakat pulau Liran digunakan sebagai ekpresi dari ikatan persaudaraan dan semangat kebersamaan mereka. Hal tersebut merupakan suatu bentuk komunikasi fatik dalam mencegah konflik dan mempersatukan masyarakat pulau Liran. Menurut Bronislaw Malinowski, komunikasi fatik merupakan suatu cara untuk mempertahankan hubungan dalam suatu masyarakat.[4]
Sekali lagi, Sopi bukan sekadar minuman memabukkan bagi masyarakat pulau Liran. Akan tetapi komponen yang melekat dalam menjaga tali kerukunan Gandong atau persaudaraan melalui pekikan, “Kalwedo!”. Dengan kesahajaannya, budaya Kalwedo menunjukkan kekariban yang hangat dari masyarakat pulau Liran di Maluku Barat Daya.


REFERENSI
BUKU:
Malinowski, Bronislaw.
1923                            “The problem of meaning in primitive languages”, dalam Ogden, C. dan Richards, I., The Meaning of Meaning, Routledge, London
Wilson, Thomas M.
2005                            “Drinking Cultures: Sites and Practices in the Production and Expression of Identity”, dalam Drinking Cultures: Alcohol and Identity. Oxford: Berg Publisher.

INTERNET:

[3] Wilson, Thomas M. 2005. “Drinking Cultures: Sites and Practices in the Production and Expression of Identity”, dalam Drinking Cultures: Alcohol and Identity. Oxford: Berg Publisher, halaman 3.
[4] Malinowski, Bronislaw. 1923. “The problem of meaning in primitive languages”, dalam Ogden, C. dan Richards, I., The Meaning of Meaning, Routledge, London

No comments:

Post a Comment